Caption foto :ribuan warga Nduga sedang melakukan aksi demo di pusat kota keneyam
Nduga (papuapost.co) – Ribuan masyarakat Nduga melakukan aksi demo di pusat kota Keneyam sebagai bentuk aksi protes atas kejadian yang menimpa 2 orang warga sipil Nduga yang telah di bunuh oleh Anggota satgas 330.
Dalam aksi tersebut keluarga korban Sallu dan Elias Karunggu membawa salib dan peti mati sebagai simbol bahwa pembunuhan, pembantaian kepada orang asli Nduga terus terjadi, dan nantinya kedua simbol tersebut akan di serahkan kepada pemerintah daerah sebagai salah satu dari aspirasi masyarakat. Senin (27/7/2020)
Dalam orasi yang di sampaikan oleh koordinator lapangan Darson Lokbere mengatakan bahwa jika seharusnya pelaku pembunuhan harus ada di tengah masyarakat untuk mempertangung jawabkan perbuatanya, jangan bersembunyi karena sudah cukup selama ini masyarakat Nduga selalu menjadi korban ke brutalan aparat yang membabi buta dalam melakukan pengejaran selama bertugas.
“Korban sallu dan elias Karunggu adalah kesekian dari kami yang tersisa saat ini di Nduga,kami tidak mau yang tersisa ini akan habis di tangan aparat tni/Polri,”ungkapnya
Yanius Kogoya mengatakan hukum di Indonesia adalah ilegal seharusnya sebagai negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum tidak main hakim sendiri dan langsung menghabisi nyawa masyarakat Nduga yang di anggap semua adalah bagian dari TPN-OPM.
“Kehadiran aparat di Nduga atas perintah Presiden apakah itu untuk menghabisi nyawa kami yang ada di Nduga yang di anggap semua adalah OPM kalau begitu mengapa aparat tidak menghabisi Bupati,Wakil Bupati,Ketua DPR saja sekalian biar sama semua jangan kami rakyat biasa yang menjadi korban terus,apa salah kami,”katanya dalam orasi
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Nduga Ikabus Gwijangge mengungkapkan bahwa jika aspirasi yang di bawa dan di serahkan kepada lembaga DPR akan di teruskan sampai kepada tingkatan atas pemerintah sebagai wakil rakyat dirinya merasa mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dan memperjuangkan setiap suara dan hak rakyat Nduga apalagi dalam memperoleh hak kebenaran.
“Kami akan teruskan aspirasi ini kemana mana, ke Provinsi bahkan pusat, masyarakat di 11 Distrik telah memberikan mandat kepada kami, nanti kita dengar apa yang mereka sampaikan kehadiran lembaga DPR di sini adalah untuk rakyat kami ada karena ada rakyat, kami buka kabupaten ini bukan untuk mereka yang akan datang dari luar sana tetapi untuk mereka warga saya yang ada di Nduga,”ucapnya
Ia mengakui untuk keamanan yang ada di kabupaten Nduga setelah di sepakati bersama pernyataan sikap ini kedepannya jangan ada lagi kekerasan, pembunuhan di atas tanah Nduga
“Jangan lagi buang saya, tolak saya, bunuh saya, usir saya, mari terima masyarakat saya dengan baik dengan sikap itu maka kita sebagai pemerintah daerah harus melindungi mereka dengan baik melihat mereka juga keluhan mereka,”lanjut Ikabus
Bupati Kabupaten Nduga Yarius Gwijangge juga mengatakan bahwa tanda salib yang akan di serahkan masyarakat kepada pemerintah sebagai simbol kedukaan akan di bangun di tengah-tengah kota Kenyam sebagai simbol jangan ada lagi pertumpahan darah di Kabupaten Nduga
“Salib akan di bangun pas di depan pintu, siapapun yang datang ke sini akan melihat salib ini sebagai tanda larang menghentikan perburuan kepada masyarakat saya di mana pembunuhan sampai detik ini adalah yang terakhir tidak boleh terulang lagi,”katanya
Bupati menegaskan jika dirinnya sebagai perpanjangan tangan dari pusat seharunya di percayai Presiden untuk menyelesaikan masalah di Nduga.
“Tidak perlu kirim pasukan banyak-banyak dari sana, saya bisa tangung jawab di sini, saya bisa pakai bahasa Nduga untuk kasih tau masyarakat di sini maupun yang di seberang sana biarlah untuk pembinaan itu biar kami yang lakukan untuk anggota tni Polri yang organik biarlah mereka bekerja dengan saya, sedangkan yang non organik tarik mundur saja”tegas Yarius
Maka dengan pernyataan sikap dari masyarakat dirinya meminta kepada Presiden Republik Indonesia tni/Polri yang non organik segera di tarik mundur secara resmi tidak boleh ada di Nduga lagi.
“Coba dulu pusat uji saya toh apakah saya mampu atau tidak, percayakan saya untuk kerja dulu selama ini saya hanya diam saja namun hari ini saya sampaikan dengan tegas segera tarik semua aparat non organik dari Nduga,”tutur Yarius
Senada dengan itu Wakil Bupati Kabupaten Nduga Wentous Nimiangge mengatakan orang Nduga sudah menjadi korban sebanyak 200 orang lebih yang mati dengan jumlah ini maka orang Nduga semakin sedikit,
“Koramil dan Polres sudah ada di Nduga tidak bisakah pelaku yang kalian tangkap itu di bawa ke sana lalu di lakukan proses hukum, kenapa langsung main di tembak dan di bunuh, Presiden perintahkan tangkap hidup-hidup bukan bunuh lalu bawa ke sini, kalau begitu ini adalah pelanggaran HAM berat oleh Indonesia,” katanya
Adapun aspirasi masyarakat Nduga yang di serahkan oleh Mama Taben Kogoya yang di tujukan untuk Presiden Joko Widodo dan di serahkan kepada lembaga DPRD yang berisikan sebagai berikut,
1. Negara kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab atas pembunuhan Elias dan Sellu Karunggu, Hendrik Lokbere untuk di adili pelaku penembakan korban
2. kami seluruh lapisan dan elemen masyarakat suku Nduga dengan tegas menolak Otonomi Khusus jilid II
3. kami mendesak Presiden Joko Widodo segera hentikan operasi militer dari wilayah Nduga
4. mengutuk keras pelaku penembakan warga sipil dalam hal ini aparat keamanan satgas yonif 330 segera bertangung jawab.
5. kami mendesak dan meminta intervensi kemanusiaan kepada dewan HAM PBB,dewan gereja, lembaga HAM sedunia serta LSM, atas situasi dan kondisi keamanan serta pelanggaran HAM berat yang sedang terjadi di Nduga dan Papua.
6. harus ada tim investigasi untuk olah TKP dalam hal ini pemerintah daerah, aparat kemanan, Komnas HAM, LSM, dan lebih khusus lembaga independen. (res)