[ad_1]
Pemerintah Libanon dilaporkan kembali menerapkan penutupan kegiatan di seluruh negeri dan memberlakukan jam malam selama dua pekan, akibat lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) usai ledakan di Beirut pada 4 Agustus lalu.
Seperti dilansir Middle East Monitor, Kamis (20/8), keputusan itu ditetapkan pada Selasa lalu. Pemerintah menyatakan kondisi itu diperlukan untuk memudahkan proses pembersihan puing-puing, perbaikan dan pemberian bantuan kepada korban ledakan.
Pemerintah Libanon memerintahkan seluruh pusat perbelanjaan, mal, pusat kebugaran, kolam renang dan sejumlah sektor swasta lain harus tutup selama pemberlakuan pembatasan kegiatan. Jam malam akan diberlakukan mulai pukul 18.00 sampai 06.00 waktu setempat.
Akan tetapi jam malam tidak diberlakukan terhadap petugas kesehatan, penjaja makanan, tentara, diplomat dan wartawan.
Meski demikian, pemerintah Libanon tetap membuka bandara tetapi mewajibkan para penumpang melakukan tes PCR sebelum naik pesawat.
Kasus virus corona di Libanon sampai saat ini mencapai lebih dari 9.300 orang, dan 105 pasien di antaranya meninggal.
![]() |
Di tengah krisis ekonomi, pemerintah Libanon harus berjuang keras menghadapi pandemi virus corona. Ledakan di pelabuhan Beirut yang menewaskan 178 dinilai semakin memberatkan langkah pemerintah.
Rumah sakit di Beirut yang kewalahan menangani pasien virus corona harus berjibaku merawat pasien korban ledakan.
Dilaporkan ada 6.000 korban luka akibat ledakan itu. Sedangkan 55 rumah sakit dan klinik di Beirut rusak akibat dampak ledakan.
(Middle East Monitor/ayp)
[Gambas:Video CNN]
[ad_2]