[ad_1]
Donald John Trump menang atas rivalnya Hillary Clinton sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 pada 2016. Kemenangan Trump sempat menuai pro kontra dari banyak kalangan lantaran visi dan misi kampanye yang kontroversial.
Bukan dikenal dari ranah politik, nama Trump tersohor sebagai miliarder sekaligus pengusaha di bidang real estate, olah raga, dan hiburan.
Melansir situs Gedung putih, Trump adalah lulusan Wharton School of Finance Universitas Pennsylvania. Dia mengikuti jejak ayahnya mengembangkan bisnis real estate di kota New York.
Pria kelahiran Queens itu juga merupakan seorang penulis. Dia telah menulis lebih dari 14 buku terlaris. Buku pertamanya, “The Art of The Deal” dianggap sebagai buku klasik dalam bidang bisnis.
Pada 16 Juni 2017, Trump mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden AS. Dia kemudian menerima nominasi dari Partai Republik pada Juli 2016 setelah mengalahkan 17 pesaing lainnya selama pemilihan pendahuluan Partai Republik.
Pada 8 November 2016, Trump terpilih sebagai Presiden AS dalam pemilihan terbesar Electoral College untuk seorang Republikan dalam 28 tahun terakhir. Trump memenangkan lebih dari 2.600 distrik di seluruh negeri. Perolehan ini merupakan yang terbesar sejak Presiden Ronald Reagan pada 1984.
Dia juga menerima suara dari 62 juta warga AS, ini adalah perolehan terbanyak bagi kandidat dari Partai Republik.
The New York Times sempat menggambarkan sosok Trump sebagai seorang pemimpin yang sangat memecah belah dan kini hendak mencalonkan diri kembali sebagai Presiden AS. Selama menjabat sebagai Presiden AS, Trump terkenal lewat serangkaian ucapan bohong dan klaim berlebihan tentang dirinya.
Salah satu yang kerap dibanggakan, tetapi merupakan kesalahan terbesarnya, yakni upaya penanganan pandemi Covid-19 yang menjadi faktor penentu langkahnya di periode kedua pencalonan sebagai Presiden.
Sebelum krisis virus corona melanda AS, Trump bersikeras “membangun tembok” di sepanjang perbatasan selatan AS, guna menghentikan aliran imigran ilegal dari Meksi memasuki negaranya. Keputusan tersebut menuai protes keras dari berbagai kalangan.
Namun pria berusia 74 tahun itu menggunakan alasan imigrasi sebagai pengalih topik pembicaraan atas kritik yang diterimanya dalam menangani pandemi.
Di sektor ekonomi, Trump menggembar-gemborkan dua kesepakatan perdagangan sebagai kebijakan andalannya, yakni perjanjian perdagangan awal dengan China dan revisi kesepakatannya dengan Meksiko dan Kanada.
Doktrin kebijakan luar negeri Trump dapat terlihat jelas lewat slogan andalannya, “Make America Great Again”.
Pada 2019, Trump dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS karena berusaha menekan Ukraina untuk mencoreng saingan politiknya. Kemudian pada Februari, setelah lima bulan sidang, Trump dibebaskan di Senat dari tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalang-halangi Kongres.
Banyak sekutu AS berpendapat bahwa dalam pilpres kali ini, Trump tidak lagi melawan saingan politiknya, melainkan melawan virus corona. Kemenangan Trump pada pilpres November mendatang sangat bergantung dari bagaimana ia meyakinkan pemilih bahwa pemerintahannya mampu menyelamatkan nyawa warga AS.
Melalui konferensi pers reguler di Gedung putih, Trump berulang kali meyakinkan para pemilih bahwa tanggapannya terhadap krisis Covid-19 sudah memadai, terlepas dari realita bahwa ia berulang kali meremehkan ancaman virus tersebut.
(ans/evn)
[Gambas:Video CNN]
[ad_2]